Dalam kehidupan, kita
tidak mungkin tidak memerlukan makhluk lain dalam menjalankan kehidupan
kita. manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang sangat membutuhkan
makhluk lainnya, baik itu benda mati seperti batu, tanah dan lainnya,
hewan, dan manusia yang lain.
Dalam Ilmu Biologi, diterangkan bahwa dalam
kehidupannya manusia akan berinteraksi dengan makhluk dan benda yang
lainnya. tidak memandang itu benda lain ataupun itu makhluk yang berbeda
dengan perwujudan manusia itu sendiri. karena semuanya akan memberikan
manfaat tersendiri bagi manusia itu sendiri.
interaksi yang dijelaskan dalam Ilmu Biologi, bisa
kita sebut dengan komunikasi. karena kita akan melakukan
tindakan-tindakan secara langsung ataupun tidak langsung, seperti
bicara, makan, memukul dan lain sebagainya.
lantas apakah komunikasi itu penting?, ataukah kita hanya sebatas melakukan tindakan dan tidak melakukan komunikasi secara utuh.
lantas apakah komunikasi itu penting?, ataukah kita hanya sebatas melakukan tindakan dan tidak melakukan komunikasi secara utuh.
Apakah arti dari kata komunikasi?
Beamer & Varner (2008) dalam Communication Studies Journal
bahwa komunikasi ialah suatu proses penyampaian pendapat, pikiran dan
perasaan kepada orang lain yang kemampuannya dipengaruhi oleh lingkungan
atau budaya sosialnya. Jelas bahwa lingkungan sosial sangat berpengaruh
terhadap proses komunikasi seseorang. Ketiga pendapat tersebut
mengarahkan semua pemaknaan komunikasi sebagai sebuah proses yang
memerlukan orang lain (others / social).
Whereas, Ross state that
communication is a transactional process involving cognitive sorting,
selecting, and sharing of symbol in such a way as to help another elicit
from their own experiences a meaning or responses similar to that
intended by the source. Merujuk pendapat beliau, komunikasi merupakan
proses transaksional antara satu orang dengan orang lain yang meliputi
proses urutan kognitif, seleksi informasi dan penyampaian simbol
berdasarkan pengalaman mereka sendiri sebagai suatu pemaknaan atau
respon yang sama dengan pemaknaan dari sumbernya. Dengan demikian,
pemaknaan ini lebih mengarah kepada proses dalam diri manusia
(komunikator) yang lebih pada ranah kognitif dan pada orang lain yang
menyamakan dengan pengalaman dari sumber (komunikator).
Hovland, Janis and Kelly state
that communication is the process by which an individual (the
communicator) transmits stimuli (usually verbal) to modify the behavior
of other individual (the audience). Berdasarkan pernyataan mereka maka
dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan proses seseorang
(komunikator) menyampaikan stimulus/ rangsangan (biasanya dalam bentuk
verbal) untuk memodifikasi perilaku orang lain (audience/ komunikate).
Dengan demikian, proses komunikasi memerlukan rangsang untuk disampaikan
dan memerlukan orang lain sebagai penerima rangsang tersebut. Dalam
pemaknaan ini komunikasi lebih mengarah kepada bentuk verbal atau
penggunaan simbol bahasa.
Dari pernyataan yang menjelaskan pengertian dari
komunikasi diatas, kita dapatkan garis besarnya yaitu komunikasi terjadi
karena komunikator memberikan stimulus yang telah di seleksi dalam
ranah kognitif terhadap orang lain, sedangkan bentuk stimulusnya dapat
dipengaruhi oleh sosial (lingkungan).
Saat kita melakukan sesuatu yang kita inginkan, apakah kita memmikirkannya terlebih dahulu tentang apa yang akan terjadi setelah kita mendapatkan keinginan kita?. Salah satu contohnya adalah ketika kita menginginkan membuat apartemen di tanah rembesan, apakah kita memikirkan yang akan terjadi besok? ketika kita makan terlalu banyak, apa yang akan terjadi pada perut kita?
Saat kita melakukan sesuatu yang kita inginkan, apakah kita memmikirkannya terlebih dahulu tentang apa yang akan terjadi setelah kita mendapatkan keinginan kita?. Salah satu contohnya adalah ketika kita menginginkan membuat apartemen di tanah rembesan, apakah kita memikirkan yang akan terjadi besok? ketika kita makan terlalu banyak, apa yang akan terjadi pada perut kita?
Seandainya kita komunikasikan dulu dengan diri kita
sendiri, maka kita akan menemukan jawabannya, dan jawaban yang didapat
adalah jawaban yang bijak.
komunikasi yang kita jalankan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, adalah:
Faktor Biologis
Manusia adalah makhluk biologis yang tidak
berbeda dengan hewan yang lainnya. Ia lapar kalau tidak makan selama dua
puluh jam, kucing pun demikian. Ia memerlukan lawan jenis untuk
kegiatan reproduktifnya, begitu pula kerbau. Ia melarikan diri kalau
melihat musuh yang menakutkan, begitu pula monyet. Faktor biologis
terlibat dalam seluruh kegiatan manusia, bahkan berpadu dengan
faktor-faktor sosiopsikologis. Bahwa warisan biologis manusia menentukan
perilakunya, dapat diawali sampai struktur DNA yang menyimpan seluruh
memori warisan biologis yang diterima dari kedua orang tuanya. Begitu
besarnya pengaruh warisan biologis ini sampai muncul aliran baru, yang
memandang segala kegiatan manusia, termasuk agama, kebudayaan, moral,
berasal dari struktur biologinya. Aliran ini menyebut dirinya sebagai
aliran sosiobiologi (Wilson, 1975).
Ada beberapa peneliti yang menunjukkan pengaruh motif biologis terhadap perilaku manunusia. Tahun 1950 Keys dan rekan-rekannya menyelidiki pengaruh rasa lapar, Selama 6 bulan, 32 subjek bersedia menjalani eksperimen setengah lapar. Selama eksperimen terjadi perubahan kepribadian yang dramatis. Mereka menjadi mudah tersinggung, sukar bergaul, dan tidak bisa konsentrasi. Pada akhir minggu ke-25, makanan mendominasi pikiran, percakapan, dan mimpi. Laki-laki lebih senang menempelkan gambar coklat daripada gambar wanita cantik. Kekurangan – tidur juga telah dibuktikan rneningkatkan sifat mudahtersinggung clan tugas-tugas yang kompleks atau memecahkan persoalan. Kebutuhan.akan rasa aman, menghindari rasa sakit, dapat menghambat kebutuhan-kebutuhan lainnya.
Walaupun demikian, Manusia bukan sekadar makhluk biologis. Kalau sekadar makhluk bialogis, ia tidak berbeda dengan binatang yang lain. Kura-kura Galapagos yang hidup sejak sekian ribu tahun yang lalu bertingkah laku yang sama sekarang ini. Tetapi, perilaku orang Jawa di zaman Diponegoro.sudah jauh berbeda dengan perilaku mereka di zaman Suharto. Menurut Marvin Harris, antropolog terkenal dari University of Florida, agak sukar kita menjelaskan perubahan kultural ini pada sebab-sebab biologis (Rensberger, Dialogue, 1/1984:38). Ini hanya dapat dijelaskan dengan melihat komponen-komponen lain dari manusia; yakni faktorfaktor sosiopsikologis.
Faktor faktor Sosiopsikologis
Karena manusia makhluk sosial, dari proses
sosial ia memperoleh bcberapa karakteristik yang mcmpengarahi
perilakunya: Kita dapat mengklasifikasinya ke dalam tiga kamponen
komponen afektif, komponen kognitif, dan kornpwren konatif. Komponen
yang pertama> yang merupakan aspek emosional dari faktor
sosiopsikologis, didahulukan karena erat kaitannya dengan pembicaraan
sebelumnya. Komponen kognitif adalah aspek intelektual, yang berkaitan
-dengan apa yang diketahui manusia. Komporten konatif adalah aspek
volisional, ymg berhubungan dengan kebiasaan dan kemauan bertindak. Kita
mulai dengan komponen afektif yang terdiri dari motif sosiogenis, sikap
dan emosi.
Motif Sosiogenesis
Motif sosiogenis, sering juga disebut motif
sekufider sebagai lawan motif primer (motif biologis), sebetulnya bukan
motif “anak bawang”. Peranannya dalam membentuk perilaku sosial bahkan
sangat menentukan. Berikut adalah klasifikasi dari motif sosiogenesis:
1. Motif ingin tahu.
Mengerti, menata dan menduga. Setiap orang
berusaha mengerti (memahami) arti dari dunianya. Kita memerlukan
kerangka rujukan (frame of freference) untuk mengevaluasi situasi baru
dan mengarahkan tindakan yang sesuai.
2. Motif kompetensi.
Setiap orang ingin membuktikan bahwa ia mampu
mengatasi persoalan apapun. Perasaan mampu, amat bergantung pada
perkembangan intelektual, sosial, dan emosional.
3. Motif cinta
Sanggup mencintai dan dicintai adalah hal
esensial bagi pertumbuhan kepribadian. Orang ingin diterima di dalam
kelompoknya sebagai anggota sukarela dan bukan yang sukar rela.
4) Motif harga diri dan kebutuhan untuk mencari indentitas.
Erat kaitannya dengan kebutuhan untuk
memperlihatkan kemampuan dan memperoleh kasih sayang, ialah kebutuhan
untuk menunjukkan eksistensi di dunia. Kita ingin kehadiran kita bukan
saja dianggap bilangan, tetapi juga diperhitungkan. Karena itu,
bersamaan dengan kebutuhan akan harga diri, orang mencari identitas
dirinya. Hilangnya identitas diri akan menimbulkan perilaku yang
patologis (penyakit): impulsif, gelisah, mudah terpengaruh, dan
sebagainya.
5) Kebutuhan akan nilai, kedambaan dan makna kehidupan.
Dalam menghadapi gejolak kehidupan, manusia
membutuhkan nilai-nilai untuk menuntunnya dalam mengambil keputusan atau
memberikan makna pada kehidupannya. Termasuk ke dalam motif ini ialah
motifmotif keagamaan. Bila manusia kehilangan nilai, tidak tahu apa
tujuan hidup sebenarnya, ia tidak memiliki kepastian untuk bertindak.
Dengan demikian, ia akan lekas putus asa dan kehilangan pegangan.
6)Kebutuhan akan pemenuhan diri.
Kita bukan saja ingin mempertahankan
kehidupan, kita juga ingin meningkatkan kualitas kehidupan kita; ingin
memenuhi potensi-potensi kita. Dengan ucapan Maslow sendiri. “What a man
can be, he must be.” Kebutuhan akan pemenuhan diri dilakukan melalui
berbagai bentuk: (1) mengembangkan dan menggunakan potensi-potensi kita’
dengan cara yang kreatif konstruktif, misalnya dengan seni, musik,
sains, atau hal-hal yang mendorong ungkapan diri yang kreatif; (2)
memperkaya kualitas. kehidupan dengan memperluas rentangan dan kualitas
pengalaman serta pemuasan, misalnya dengan jalan darmawisata; (3)
membentuk hubungan yang hangat dan berarti dengan orang-orang lain di
sekitar kita; (4) berusaha “memanusia”, menjadi persona yang kita
dambakan (Coleman, 1976:105).
Sikap
Sikap adalah konsep yang paling penting dalam
psikologi sosial dan yang paling banyak didefinisikan. Ada yang
menganggap sikap hanyalah sejenis motif sosiogenis yang diperoleh
melalui proses belajar (Sherif dan Sherif, 1956:489): Ada pula yang
melihat sikap sebagai kesiapan saraf (neural settings) sebelum
memberikan respons (Allport, 1924). Dari berbagai definisi kita dapat
menyimpulkan beberapa hal. Pertama, sikap adalah kecenderungan
bertindak, berpersepsi, berpikir, dan merasa dalam menghadapi objek,
ide, situasi atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi merupakan
kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap objek
sikap. Objek sikap boleh berupa benda, orang, tempat, gagasan atau
situasi, atau kelompok. Jadi, pada kenyataannya tidak ada istilah sikap
yang berdiri sendiri. Sikap haruslah diikuti oleh kata “terhadap”, atau
“pada” objek sikap. Bila ada orang yang berkata, “Sikap saya positif,”
kita harus mempertanyakan “Sikap terhadap apa atau siapa?”
Kedua, sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi. Sikap bukan sekadar rekaman masa lalu, tetapi juga menentukan apakah orang harus pro atau kontra terhadap sesuatu; menentukan apa yang disukai, diharap–kan, dan diinginkan; mengesampingkan apa yang tidak diinginkan, apa yang harus dihindari (Sherif dan Sherif, 1956:489). Bila sikap saya positif terhadap ilmu, saya akan setuju pada proyek-proyek pengembangan ilmu, berharap agar orang menghargai ilmu, dan menghindari orang-orang yang meremehkan ilmu.
Ketiga, sikap relatif lebih menetap. Berbagai studi menunjukkan bahwa sikap politik kelompok cenderung dipertahankan dan jarang merigalami perubahan.
Keempat, sikap mengandung aspek evaluatif: artinya mengandung nilai menyenangkan atau tidak menyenangkan, sehingga Bern memberikan definisi sederhana: “Attitudes are likes and dislikes.” (1970:14)
Kelima, sikap timbul dari pengalaman; tidak dibawa sejak lahir, tetapi merupakan hasil belajar. Karena itu sikap dapat diperteguh atau diubah. Beberapa orang sarjana menganggap sikap terdiri dari komponen kognitif, afektif, dan behavioral.
Emosi
Emosi menunjukkan kegoncangan organisme yang
disertai oleh gejalagejala kesadaran, keperilakuan, dan proses
fisiologis. Bila orang yang Anda cintai mencemoohkan Anda, Anda akan
bereaksi secara emosional karena Anda mengetahui makna cemoohan itu
(kesadaran). Jantung Anda akan berdetak lebih cepat, kulit memberikan
respons dengan mengeluarkan keringat, dan aapas terengah-engah (proses
fisiologis). Anda mungkin membalas cemoohan itu dengan kata-kata keras
atau ketupat bangkahulu (keperilakuan).
Dari faktor-faktor yang telah dijelaskan akan
menuntut manusia harus lebih bijaksana dalam menjalankan interaksi
dengan lingkungan yang adala pada diri sendiri maupun lingkungan
diluardiri sendiri.
Lantas apakah manusia masih memandang bahwa komunikasi itu tidaklah penting untuk dijalankan?, sungguh manusia yang tidak mau belajar, jika manusia hanya mementingkan komunikasi berjalan dalam dirinya sendiri, tanpa mau berkomunikasi dengan lingkungannya.
Lantas apakah manusia masih memandang bahwa komunikasi itu tidaklah penting untuk dijalankan?, sungguh manusia yang tidak mau belajar, jika manusia hanya mementingkan komunikasi berjalan dalam dirinya sendiri, tanpa mau berkomunikasi dengan lingkungannya.
Sumber dan bahan bacaan
_____. (2012). Judul tulisan: Psikologi Komunikasi. Diperoleh dari http://www.psikologizone.com/psikologi-komunikasi/06511887, (29 Maret 2012)
_____. (2012). Judul tulisan: Faktor-faktor Personal yang Mempengaruhi Perilaku Manusia. Diperoleh dari http://akch.wordpress.com/2007/09/17/faktor-faktor-personal-yang-mempengaruhi-perilaku-manusia-2/ (29 Maret 2012)
_____. (2012). Judul tulisan: Kasih saying dalam Islam. Diperoleh dari http://10108602.blog.unikom.ac.id/kasih-sayang-dalam.118